LAPORAN KEGIATAN
PRAKTIKUM
(LKP)
PENGUKURAN CHEMICAL
OXYGEN DEMAND
(COD)
A.
TUJUAN
Untuk mengetahui kadar COD pada air
limbah domestik
B.
DASAR
TEORI
Chemical Oxygen Demand (COD) atau
Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat – zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air. Angka
COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organis yang secara
alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut adalah banyaknya
oksigen yang terkandung didalam air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang
terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air baku. Semakin
besar oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif
kecil. Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran
meningkat sehingga koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus
bereaksi dahulu dengan polutan – polutan dalam air menyebabkan konsusmsi
bertambah.
Chemical Oxygen Demand (COD) yaitu
jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang
ada dalam sampel air dimana peoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent). Angka yang ditunjukkan COD merupakan ukuran bagi pencemaran
air dari zat-zat organik yang secara alamiah dapat mengoksidasi melalui proses
mikrobiologis dan dapat juga mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam
air. Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini.
Kandungan COD dalam air bersih
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air
minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD
melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk. Air Golongan B yaitu
air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah menjadi air minum dan
keperluam rumah tangga lainnya.
C.
ALAT
DAN BAHAN
a. Alat
1. Rangkaian
kondensor yang terdiri dari :
Tabung liebig yang
terhubung dengan selang dan tabung refluks
2. Kompor
listrik
3. Erlemeyer
4. Pipet
ukur
5. Gelas
ukur
6. Buret
sebagai tempat titrasi
7. Timbangan
analitik
b. Bahan
1. HgSO4
0,4 gram
2. 5-6
batu mendidih
3. 20
ml sampel (air limbah domestik)
4. 20
ml akuades (blanko)
5. 20
ml akuades
6. Akuades
sebagai pengencer
7. 10
ml K2Cr2O7
8. 30
ml H2SO4 . Ag2SO4
9. Indikator
feroin 2-3 tetes
10. Larutan
FAS
D.
CARA
KERJA
1. Memasukkan
HgSO4 0,4 gram, 5-6 batu mendidih, 20 ml sampel (air limbah
domestik) dan 20 ml akuades ke dalam tabung refluks
2. Menambahkan
30 ml H2SO4 . Ag2SO4 ke dalam
tabung refluks, kemudian merangkai tabung tersebut dengan kondensor yang
terdiri dari tabung liebig yang sudah terisi dengan air yang mengalir
3. Meletakkan
kompor listrik diatas tabung refluks, memastikan bahwa seluruh rangkaian
tersebut telah terpasang dengan baik
4. Memanaskan
tabung refluks dengan kompor listrik yang disalurkan pada listrik selama 2 jam
5. Setelah
pemanasan selesai selama 2 jam, kemudian dinginkan kedalam nampan yang berisi
air dengan cara meletakkan tabung refluks ke dalam nampan
6. Memindahkan
larutan sampel pada tabung refluks kedalam gelas erlemeyer
7. Mengencerkan
dengan akuades hingga larutan memiliki volume 100 ml didalam gelas erlemeyer
8. Menambahkan
2-3 tetes indikator ferroin ke dalam larutan sampel yang berada di gelas
erlemeyer
9. Menitrasikan
FAS menggunakan buret pada campuran larutan di erlemeyer hingga campuran
larutan dari berwarna biru kehijauan hingga merah bata
10. Mencatat
banyaknya FAS pada larutan sampel sebagai a ml
11. Mengulang
urutan 1-9 dengan mengganti 20 ml air sampel menjadi 20 ml akuades sebagai
blanko
12. Mencatat
banyaknya FAS pada larutan blanko sebagai b ml
13. Memasukkan
kedalam rumus :
COD = 1000/ 20 ×(b-a)×N×BEO
= ... mg/l O2
E.
HASIL
PENGAMATAN
Berdasarkan
prosedur langkah kerja dari pemeriksaan kadar COD, dapat diperoleh hasil data
sebagai berikut:
a
(volume sampel) : 24 ml
b
(volume blanko) : 41,6 ml
Normalitas
FAS : 0,1
BEO : 8
Kemudian
dimasukkan kedalam rumus penghitungan kadar COD pada air sampel yang merupakan
air limbah domestik dengan menggunakan rumus berikut :
COD = 1000/20 ×(b-a)×N×BEO
= 1000/20 ×(41,6-24)×0,1×8
= 704 mg/l O2
F.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
prosedur kerja yang telah dilakukan, pembuatan larutan menggunakan bubuk HgSO4,
Larutan K2Cr2O7, Larutan H2SO4
. Ag2SO4, Indikator feroin dan Larutan FAS. Penggunaan
bahan-bahan tersebut diperlukan karena memiliki fungsi pada masing-masing
bahan. Bubuk HgSO4 berfungsi untuk menghilangkan gangguan yang
disebabkan oleh ion klorida selama proses analisis berlangsung. Larutan K2Cr2O7
ditambahkan sebelum proses pemanasan. Larutan ini digunakan sebagai
oksidator (0xidizing agent) selama proses oksidasi berlangsung. Larutan H2SO4
. Ag2SO4 diberikan sebelum proses pemanasan. Larutan ini berfungsi
sebagai katalisator (memepercepat reaksi), karena akan menyebabkan suhu yang
tinggi pada larutan campuran ketika ditambahkan dalam larutan sehingga akan
mempercepat reaksi. Penambahan larutan indicator Ferroin sebanyak beberapa
tetes dilakukan sebagai penentu terjadinya titik akhir titrasi, yaitu ketika
warna larutan berubah dari hijau kebiruan menjadi merah kecoklatan. Indikator
Ini bekerja pada pH antara 4-7 sehingga cocok digunakan untuk
menganalisis kandungan COD dalam sampel. Larutan Ferrous Ammonium Sulfate
(FAS) digunakan sebagai titran, yaitu
mentitrasi sisa K2Cr2O7.
Air
limbah yang digunakan dalam praktikum ini adalah air limbah domesti yang
terdiri dari air bekas cucian dicampur dengan air selokan. Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah diperoleh, hasil kadar COD pada air limbah ini sebanyak 704
mg/l O2. Jika dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang
dianjurkan adalah 12 mg/l O2. Apabila nilai COD melebihi batas
dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk. Air limbah yang telah dilakukan
pemeriksaan kadar COD ini memiliki nilai 704 mg/l O2 yang tentunya
lebih dari 12 mg/l O2, sehingga air limbah yang digunakan memiliki
kualitas yang buruk dan telah tercemar.
G.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan
yang telah dilaksanakan, air limbah yang telah dilakukan pemeriksaan kadar COD
ini memiliki nilai 704 mg/l O2 yang lebih dari baku mutu Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 yaitu 12 mg/l O2. Oleh karena itu,
air limbah yang digunakan dalam praktikum ini memiliki kualitas yang buruk dan
telah tercemar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar