Minggu, 15 April 2018


LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM
(LKP)
PENGUKURAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND
(COD)


A.      TUJUAN
Untuk mengetahui kadar COD pada air limbah domestik

B.       DASAR TEORI
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat – zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat – zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air baku. Semakin besar oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil.  Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat sehingga koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan polutan – polutan dalam air menyebabkan konsusmsi bertambah.
Chemical Oxygen Demand (COD) yaitu jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam sampel air dimana peoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka yang ditunjukkan COD merupakan ukuran bagi pencemaran air dari zat-zat organik yang secara alamiah dapat mengoksidasi melalui proses mikrobiologis dan dapat juga mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini.
Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk. Air Golongan B yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah menjadi air minum dan keperluam rumah tangga lainnya.

C.      ALAT DAN BAHAN
a.       Alat
1.      Rangkaian kondensor yang terdiri dari :
Tabung liebig yang terhubung dengan selang dan tabung refluks
2.      Kompor listrik
3.      Erlemeyer
4.      Pipet ukur
5.      Gelas ukur
6.      Buret sebagai tempat titrasi
7.      Timbangan analitik

b.      Bahan
1.      HgSO4 0,4 gram
2.      5-6 batu mendidih
3.      20 ml sampel (air limbah domestik)
4.      20 ml akuades (blanko)
5.      20 ml akuades
6.      Akuades sebagai pengencer
7.      10 ml K2Cr2O7
8.      30 ml H2SO4 . Ag2SO4
9.      Indikator feroin 2-3 tetes
10.  Larutan FAS 
D.      CARA KERJA
1.      Memasukkan HgSO4 0,4 gram, 5-6 batu mendidih, 20 ml sampel (air limbah domestik) dan 20 ml akuades ke dalam tabung refluks
2.      Menambahkan 30 ml H2SO4 . Ag2SO4 ke dalam tabung refluks, kemudian merangkai tabung tersebut dengan kondensor yang terdiri dari tabung liebig yang sudah terisi dengan air yang mengalir
3.      Meletakkan kompor listrik diatas tabung refluks, memastikan bahwa seluruh rangkaian tersebut telah terpasang dengan baik
4.      Memanaskan tabung refluks dengan kompor listrik yang disalurkan pada listrik selama 2 jam
5.      Setelah pemanasan selesai selama 2 jam, kemudian dinginkan kedalam nampan yang berisi air dengan cara meletakkan tabung refluks ke dalam nampan
6.      Memindahkan larutan sampel pada tabung refluks kedalam gelas erlemeyer
7.      Mengencerkan dengan akuades hingga larutan memiliki volume 100 ml didalam gelas erlemeyer
8.      Menambahkan 2-3 tetes indikator ferroin ke dalam larutan sampel yang berada di gelas erlemeyer
9.      Menitrasikan FAS menggunakan buret pada campuran larutan di erlemeyer hingga campuran larutan dari berwarna biru kehijauan hingga merah bata
10.  Mencatat banyaknya FAS pada larutan sampel sebagai a ml
11.  Mengulang urutan 1-9 dengan mengganti 20 ml air sampel menjadi 20 ml akuades sebagai blanko
12.  Mencatat banyaknya FAS pada larutan blanko sebagai b ml
13.  Memasukkan kedalam rumus :
COD = 1000/ 20 ×(b-a)×N×BEO
           = ... mg/l O2

E.       HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan prosedur langkah kerja dari pemeriksaan kadar COD, dapat diperoleh hasil data sebagai berikut:
a (volume sampel)            : 24 ml
b (volume blanko)            : 41,6 ml

Normalitas FAS               : 0,1
BEO                                 : 8
Kemudian dimasukkan kedalam rumus penghitungan kadar COD pada air sampel yang merupakan air limbah domestik dengan menggunakan rumus berikut :
COD        = 1000/20 ×(b-a)×N×BEO
                 = 1000/20 ×(41,6-24)×0,1×8
                 = 704 mg/l O2

F.       PEMBAHASAN
Berdasarkan prosedur kerja yang telah dilakukan, pembuatan larutan menggunakan bubuk HgSO4, Larutan K2Cr2O7, Larutan H2SO4 . Ag2SO4, Indikator feroin dan Larutan FAS. Penggunaan bahan-bahan tersebut diperlukan karena memiliki fungsi pada masing-masing bahan. Bubuk HgSO4 berfungsi untuk menghilangkan gangguan yang disebabkan oleh ion klorida selama proses analisis berlangsung. Larutan K2Cr2O7 ditambahkan sebelum proses pemanasan. Larutan ini digunakan sebagai oksidator (0xidizing agent) selama proses oksidasi berlangsung. Larutan H2SO4 . Ag2SO4 diberikan sebelum proses pemanasan. Larutan ini berfungsi sebagai katalisator (memepercepat reaksi), karena akan menyebabkan suhu yang tinggi pada larutan campuran ketika ditambahkan dalam larutan sehingga akan mempercepat reaksi. Penambahan larutan indicator Ferroin sebanyak beberapa tetes dilakukan sebagai penentu terjadinya titik akhir titrasi, yaitu ketika warna larutan berubah dari hijau kebiruan menjadi merah kecoklatan. Indikator Ini bekerja pada pH antara 4-7  sehingga cocok digunakan untuk menganalisis kandungan COD dalam sampel. Larutan Ferrous Ammonium Sulfate (FAS)  digunakan sebagai titran, yaitu mentitrasi sisa K2Cr2O7.
Air limbah yang digunakan dalam praktikum ini adalah air limbah domesti yang terdiri dari air bekas cucian dicampur dengan air selokan. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, hasil kadar COD pada air limbah ini sebanyak 704 mg/l O2. Jika dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l O2. Apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk. Air limbah yang telah dilakukan pemeriksaan kadar COD ini memiliki nilai 704 mg/l O2 yang tentunya lebih dari 12 mg/l O2, sehingga air limbah yang digunakan memiliki kualitas yang buruk dan telah tercemar.
G.      KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilaksanakan, air limbah yang telah dilakukan pemeriksaan kadar COD ini memiliki nilai 704 mg/l O2 yang lebih dari baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 yaitu 12 mg/l O2. Oleh karena itu, air limbah yang digunakan dalam praktikum ini memiliki kualitas yang buruk dan telah tercemar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar